Pagi ramadan ini entah untuk ke berapa kali rindu membawa kenangan tentang seorang laki-laki gagah. Tinggi, berkulit sawo matang. Bersuara berat dan berwibawa.
Senyumnya, tawanya, caranya menepuk ubun-ubun kepalaku, caranya bertutur dan bercerita tentang semua hal membuat air mataku berderai. Selalu begini setiap kali mengenangnya.
Dia ayahku...
Nama yang kusematkan di belakang namaku. Hingga kini... sampai kapan pun nanti.
Aku merindu
Hingga berderai tangis karenanya...