Minggu, 06 Oktober 2013

Berkhayal

Sedari kecil  aku suka berkhayal. jauuuhh sebelum aku tahu bahwa dunia ini terbagi dalam sebuah negara-negara besar, aku sudah "menjelajah" ke negara-negara itu. Aku membayangkan bahwa aku bisa saja berada di sebuah perahu menjelajah sungai-sungai besar . Lalu kali lain aku membayangkan bahwa aku berdansa bersama penari-penari antah berantah yang berpakaian sangat indah. Lalu pada kesempata lain, aku membayangkan tengah berada di sebuah kota yang memiliki bangunan bersejarah yang sangat indah. Mungkin khayalanku ini dipicu dengan banyaknya buku-buku, majalah, dan foto-foto jadoel ayah dan ibuku dulu. 
Khayalan itu mungkin serupa mimpi yang aku bangun perlahan-lahan. Secara tak disangka-sangka, saat ini karena tuntutan pekerjaan, aku seringkali berada di dalam khayalan-khayalan dan mimpi masa lalu itu, Tapi dalam versi real-nya. Dan tetap saja, dunia nyata lebih indah dari pada dunia khayal :D . 
Ajaibnya, aku juga memiliki seorang partner yang sering mengunjungi khayalan-khayalan aku itu. Tak ubahnya aku, kesempatan bepergian itu dia peroleh dari tempatnya bekerja saat ini. Betapa beruntungnya kami jika kufikir-fikir. Tanpa harus mengeluarkan uang pribadi kami bisa pergi ke berbagai tempat yang kami impikan. Bahkan mendapatkan uang saku :D  . Bayangkan jika harus keluar uang dari kocek pribadi.. Waaahhh.. Bisa bangkrut!! 
Saat ini kami sedang menggabungkan mimpi. Ingin rasanya pergi berlibur berdua sambil beribadah dan berwisata ke tempat-tempat yang kami nginkan. Insya Allah jika telah tiba masanya, kami ingin sekali pergi Umrah bersama lalu berwisata ke Turki. Semoga hubungan kami dilanggengkan Allah sehingga kami bisa menggapai mimpi-mimpi kami.. Amiinnn...



Kamis, 03 Oktober 2013

Kafe

Kafe kecil yang dulu pernah aku dirikan terpaksa ditutup. Padahal secara hitung2an bisnis kafe itu cukup menjanjikan. Pada 6 bulan pertama tidak ada suntikan dana untuk operasional, termasuk gaji waitress dan pengelolanya. Itu berarti secara sederhana bisa diartikan kafe itu bisa berkembang dan menjanjikan. Sayangnya adik lelaki yang mengelola kafe itu saat ini harus fokus ke kuliahnya. Penyusunan skripsi sudah didepan mata. Pilihan harus ditentukan. Karena itu kafe itu sementara harus ditutup. 
Sebenarnya kafe itu cukup bisa menjadi semacam "pelarian" . Ketika kebosanan melanda, ketika ingin suasana yang berbeda dari rutinitas kantor. 
Suatu waktu nanti.. Aku pasti harus punya lagi kafe mungil.. Inginnya seperti foto ini.. :) 


Buat Kue

Sekarang ini nyaris gak punya waktu luang. Padahal dulu rasanya masih tersisa waktu luang untuk melakukan banyak hal. Termasuk masak dan buat kue. Bulan Oktober ini aku pengen banget masak kue pie Apple . Haarruuussss!!!

Jumat, 13 September 2013

Kepada Anak Perempuanku





Hai perempuan kecil..
Hadiah Tuhan untuk hidupku..
Penyemarak hari..
Pemanggil pulang ketika lelah ini tak bisa lagi aku sandarkan pada dinding kefanaan.
Senyummu mampu usir lelahku Nak..
Serupa terbit fajar ketika gelap menghantui  malam-malamku..
Tumbuhlah dewasa dengan penuh kebanggaan bahwa kau perempuan istimewa.
Kerling mata, senyum manis, rambut ikal mayang, pelukan hangat hanya bonus kecil. Baiknya kau asah kemampuan telaah fikirmu agar kau jadi perempuan cerdas yang memesona karena kepiawaianmu memimpin..
Kemampuanmu mengambil keputusan penting..
Akan tiba masa-masa itu..
Kau akan menjadi inspirator bagi perempuan lain..
Kau akan dipandang setengah iri oleh laki-laki karena kemampuanmu melebihi mereka..
Jika saat itu tiba..
Tetaplah berpijak ke tanah Nak..
Karena diatas langit masih ada langit..
Kesombongan akan menjadi pintu terakhir bagi keinginanmu untuk belajar
Belajar ilmu pengetahuan
Belajar menundukkan ego dan hati
Belajar memaknai diri..
Berpijaklah ke tanah Nak..
Perempuan sombong hanya ada di satu tempat..
Di senyum sinis dan tepuk dada bangga pada dirinya sendiri..
Tanpa pengakuan dari orang lain..
Karena orang lainpun enggan menoleh
Ingat ya Nak… kau perempuan istimewa!!!

Selasa, 28 Mei 2013

selamat pagi

Hai..
Perempuan yang telah aku kecewakan
Selamat pagi..
Maafkan aku.. 
Tak perlu mencari pembenaran apapun karena aku memang bersalah..
Sepenuhnya aku salah.. 
Terimakasih untuk kata-kata yang begitu menusuk hati
Terimakasih untuk menjadikan aku lebih sabar
Lebih kuat
Lebih arief memandang setiap persoalan..
Lebih empati..
Lebih mengikhlaskanmu
Untuk menentukan pilihanmu sendiri
Tanpa harus aku berati dengan syarat ini dan itu..
Terimakasih..

Jumat, 24 Mei 2013

Matre? Ogah Ahhh!!!!!

Jujur. Aku bukan perempuan matre dan enggak mau dimatrein. Kenapa aku enggak mau jadi perempuan matre? karena aku tahu cari uang itu susaaahhh sekali, dan aku terbiasa membelanjakan uangku ke keperluan yang  tepat dan sesuai budget yang aku miliki. Sedari kecil, seingatku, di usia 13 tahun aku sudah mulai bekerja membantu kedua orangtuaku di perusahaan kontraktor milik mereka. Dari mulai memfotokopi , menjilid penawaran proyek, hingga menjilid berlembar-lembar Rancangan Anggaran Biaya (RAB), untuk mempropose proyek pemerintah. Cuma jadi kroco aja sih... , karena tugas aku hanya memastikan lembar-lembar yang harus dijilid itu sesuai dengan urutan masing-masing. dari mulai HO, TDP, NPWP, RAB, dll.
Setiap kali musim tender proyek, aku mengantungi uang sebanyak Rp75 ribu. Di tahun itu, uang sebesar itu nilainya mungkin sama dengan Rp750.000,-  sekarang. Uang itu kebanyakan aku belikan buku pelajaran, novel lima sekawan, atau Trio Detective. Harganya kalau tidak salah Rp1.250 perak.
Seiring perjalanan waktu, aku tumbuh menjadi anak yang mandiri. SMA, hingga kuliah aku makin terbiasa bekerja. Dari mulai bisnis ala anak kuliah, hingga menjadi photografer bagi cewek-cewek centil di kampus yang doyan foto. Zaman itu, belum ada kamera digital.. apalagi HP kamera. jadi semua dikerjakan dengan kamera SLR manual yang mengandalkan cahaya matahari. Hehehee..
Aku pernah memiliki seorang partner, dia juga memiliki semangat mencari uang yang sama dengan aku. Kita berdua punya kafe kecil untuk membiaya pengeluaran kita. Meskipun pada akhirnya kafe itu tutup seiring dengan tutupnya cerita tentang aku dan dia.
 Nah.. kemarin.. Seorang teman baru sebut saja namanya Bunga (32thn), curhat mengenai eks partnernya. Dia mengaku dimatrein sama partnernya itu hingga merugi puluhan juta rupiah. Ckckckckkk...
Sampai akhirnya partnernya itu menikah dengan menggunakan aset yang dananya berasal dirinya.. Hmm...

Selasa, 21 Mei 2013

We Could Be In Love


Be still my heart
Lately its mind is all its own
It would go far and wide
Just to be near you
Even the stars, shining up bright
I've noticed when you're close to me
Still it remains a mystery.

Refrain 1:
Anyone who's seen us
Knows what's goin' on between us
It doesn't take a genius
To read between the lines
And it's not just wishful thinking
Or only me who's dreaming
I know what these are symptoms of
We could be in love.

I ask myself why
I sleep like a baby through the night
Maybe it helps to know
You'll be there tomorrow
Don't open my eyes (ooh hoo-hoo)

I'll wake from the spell I'm under
Makes me wonder how (tell me how)
I could live without you now.

Refrain 2:
And what about the laughter
The happy ever after?
Like voices of sweet angels
Calling out our names
And it's not just wishful thinking

Or only me who's dreaming
I know what these are symptoms of
We could be in love.

Bridge:
All my life, I have dreamed of this
But I could not see your face
Don't ask why to such distant stars
Can fall right into place.

(Repeat Refrain 1 except last word)

...love.

Oh, it doesn't take a genius
To know what these are symptoms of
We could be, oh hoh we could be
We could be in love, we could be
We could be in love.

--- Lea Salonga ---
 

Senin, 20 Mei 2013

Kita. Kamu dan Aku

Entahlah
Dengan bahasa apa kumaknai hubungan kita
Dari bermenit-menit bertukar sapa di telepon
Hingga ratusan aksara yang terkirim
Terus begitu disela-sela kesibukan kita
Ditengah rasa kantuk menyergap mata
Disamping seorang lelaki yang kusebut ayah anak-anakku..
Aku memujamu..
Kau juga tak pernah sanggup kehilangan aku
Tapi kita sudah tetapkan hati
Untuk tidak lagi saling jatuh cinta
Aku bukan takdirmu
Katamu pada suatu malam
Aku diam saja..
Kau boleh narasikan apa saja untuk memaknai KITA
Tapi aku…
Aku maknai KAU hanya sekedar datang di dalam hidupku sebentar saja
Sebagai kekasih, lalu teman.. dan kini SAHABAT..
Terimakasih untuk kebersamaan kita..

Kamis, 16 Mei 2013

Perempuan Yang Memanggilku Madu

Kau lah perempuan itu..
Yang kerap memanggilku madu..
Meskipun aku bernama..
Madu menjadi cukuplah bagimu  untuk memaknaiku..

 


Rabu, 15 Mei 2013

Perempuan Dalam Gerimis

Aku melihatnya...
Perempuan dalam gerimis..
lengkap dengan senyum di ujung bibir..
Kali kedua yang tetap memesonaku..

Perempuan berkerudung yang payudaranya penuh..
Pernah menjadi milikku dalam separuh perjalanan waktu 
Pada mentari sore siap terbenam
Hingga gemintang menjadi penghias langit malam..

Dia ..., aku serahkan pada takdir..
Untuk berjudi dengan masa depan..
Lalu datang kembali..
tetap dengan payudara dan kulit pualam yang sama..

Seorang bocah kecil menetek disana..

 

Kamis, 09 Mei 2013

Kepadamu Laut..

Aku labuhkan penatku pada gelombang yang sepenuhnya menjadi milikmu..
Pada riak air sisa gelombang yang tak henti berlomba mencapai pantai..
Aku terombang-ambing dan terhempas pada satu waktu
Aku lelah..
Izinkan aku melihat dari tepi saja..
Sambil bermain dengan pasir pantaimu..
Untuk kutorehkan sebuah nama disana..
Biarlah kau dan gelombang pasangmu yang akan menghapusnya..
Meski diam-diam.. aku ukir lagi sebuah nama yang sama disana..
Entah sampai Kapan… :’(


Rabu, 08 Mei 2013

Naya Si Gigi Ompong

Nayara, anak perempuanku menginjak usia 6 tahun. Gigi susunya sudah goyah dan siap-siap tanggal. Pada suatu hari, Aku menelepon dokter gigi dan membuat janji pertemuan. Namun terpaksa aku batalkan karena Naya menolak untuk diajak ke dokter gigi.
Gigi yang paling goyah adalah gigi susu depan dibagian atas. Sudah tinggal ditarik sedikiiittt saja rasanya gigi itu bakalan copot tanpa perlu bantuan alat-alat dokter gigi..
Pada suatu malam.. Ketika sedang asyik-asyiknya bercerita dengan Naya, tiba-tiba dia memegang giginya.
"Mamaa.. Gigi aku berdarah," ujarnya panik. Aku tenang-tenang saja dan memintanya untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Darah merembes keluar dari giginya yang goyah.
Aku segera mengambil kapas dan tissue kemudian mengelap rembesan darah tersebut. Lalu dengan sangat perlahan aku dorong gigi yang goyah tersebut kearah luar. Aku tekan sedikit, lalu tiba-tiba gigi tersebut langsung copot. Tentu saja disertai dengan darah yang langsung membanjiri kapas dan tissue ditangan saya.
Naya seketika panik dan menangis. Dan berkata bahwa dia malu bergigi ompong. Takut diejek oleh teman-temannya.
"Semua orang akan mengalami saat-saat copot gigi dalam hidupnya, Nak.. Jadi ini sesuatu yang biasa.. Nanti akan ada pengganti gigi yang baru. Lihat saja teman-teman Naya yang giginya ompong, dalam waktu satu bulan sudah diganti sama Allah dengan gigi yang lebih bagus..," ujarku menenangkan Naya.
Alhasil selesailah tugasku sebagai ibu yang berperan sebagai dokter gigi. Rembesan darah sudah berhenti dan Naya sibuk mematut-matut diri di depan cermin menikmati bentuk baru senyumannya yang dihiasi gigi ompong.
"Ma.. Rasanya ada yang aneh lohh.." katanya tiba-tiba.
"aneh gimana!" tanyaku sambil mengernyitkan kening.
"tadinya kalau Naya gerakkan lidah ke arah gigi depan, ada gigi goyang disini," kata Naya sambil menunjuk ompongnya, "sekarang sudah tidak ada lagi giginya, jadi terasa aneh. Kayaknya kosong begitu kalo Naya gerakkan lidah.. tumbuhnya berapa lama Ma?"
"satu bulan lebih sedikit sudah akan ada pengganti gigi yang baru," kataku menenangkannya. Naya manggut-manggut.
"Jika sesuatu tadinya ada kemudian tidak ada memang akan begitu rasanya. Lidah Naya sudah terbiasa menyentuh gigi goyang disana. Namun sekarang giginya sudah tidak ada. Wajar jika merasa sedikit aneh. Pun begitu pula jika Naya punya teman. Contohnya teman akrab Naya yang namanya Fitri. Ketika Fitri ada, Naya merasa senang meskipun kadang-kadang kalian berdua suka berantem dan berebut mainan.. Tapi begitu Fitri pulang, Naya akan merasa kehilangan dan sedih.. Begitu nggak rasanya?" ulasku panjang lebar.
Naya mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Iya, kemarin habis berantem sama Fitri gara-gara main congklak. Sorenya Naya kerumah Fitri dan minta maaf. Terus kita temanan lagi Ma.." jawab Naya. Aku tertawa dan mengacak rambutnya.
"Begitulah berteman Nak.. Kadang kau merasa tidak pas dengan temanmu. Maka bertoleransi lah. Tetap sayangi teman kamu karena tanpa teman hidupmu akan terasa sepi.."
Demi menghibur hatinya, aku terapkan gaya Mamiku (alm) , ketika anak-anaknya tanggal gigi.. Aku letakkan gigi susu Naya dibawah bantalnya. Lalu kami sama-sama berdoa agar Allah memberikan kesehatan dan gigi pengganti yang bagus untuk Naya.
"Tapi kenapa diletakkan dibawah bantal Ma?"
"Agar peri gigi datang dan mengamini doa kita. Peri gigi akan berdoa juga kepada Allah untuk mengganti gigi Naya dengan segera."
Naya tersenyum dan dengan semangat meletakkan gigi itu dibawah bantalnya.
Tak begitu lama, Naya tertidur. Di bibirnya seulas senyum terukir. Senyum yang dia persembahkan untuk si peri gigi. (adeliawinter)

Harapan


Pagi ini saya dijadwalkan mengisi sebuah acara di kampus. Bukan mengajar, tapi memberikan pencerahan kepada 486 an mahasiswa yang siap diwisuda di pertengahan Bulan Mei ini. Kepada para mahasiswa yang siap menjadi alumni ini saya sangat berharap banyak. Salah satu harapan terbesar saya adalah mereka segera menemukan tempat kerja yang pas dengan kompetensi yang mereka miliki dan bisa menjadi pribadi yang mandiri sehingga tidak lagi menyusahkan orang tua.
Acara pemaparan materi pencerahan   berikut sesi tanya jawab  berlangsung selama 90 menit. Dari mulai pembekalan cara berkomunikasi efektif hingga strategi memenangkan kesempatan kerja dan tak lupa diselipkan kata-kata memotivasi sehingga mereka tumbuh keyakinan terhadap diri sendiri. Acara berlangsung santai dan penuh dengan nuansa keakraban. Sebagai dosen yang berasal dari praktisi public relation and marketing, saya selalu bisa membawakan materi dengan menyesuaikan audiens yang ada di hadapan saya. Ini penting untuk masuk ke alur fikiran mereka dan mempengaruhi mereka.
Celetukan menggoda dan jahil seringkali saya lontarkan manakala saya menyampaikan materi kepada mahasiswa-mahasiswi ini. Hati senang dan gembira mereka seolah menjadi pintu yang terbuka seluas-luasnya dan memberikan kesempatan kepada saya untuk masuk kedalam alam fikir mereka dan berempati kepada mereka.
Bicara mengenai empati, kita semua pernah berada dalam usia mereka. Lulus dari perguruan tinggi di kisaran usia antara 21-24 tahun (yang lebih tua dari pada angka itu berarti termasuk Mapala-Mahasiswa Paling Lama.. wkwkwkkk), bingung menentukan pekerjaan dan perusahaan apa yang akan mereka masuki, bingung menentukan arah karier yang diinginkan (yang penting kerja aja dulu enggak jadi pengangguran bla bla bla…), hingga bingung karena enggak ada lagi alasan ke orang tua untuk minta uang jajan, dan ketakutan-ketakutan lain. Dengan nada bercanda dan menghibur saya ulas ketakutan mereka satu persatu sambil membayangkan diri saya berada diantara mereka puluhan tahun yang lampau. Saya memahami mereka sepenuhnya. Rasa sayang saya sebagai pendidik benar-benar terasa manakala siap melepas mereka pergi. *ngelapairmatadaningus
Saya menikmati suasana ini…
Sebagian besar mahasiswa yang ada di depanku ini adalah anak-anak yang kreatif dan aktif sebagai pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Mereka sudah sangat sering menyelenggarakan sebuah acara di kampus dan di luar kampus, hal mana ini merupakan sebuah kebanggaan bagiku karena mereka pasti memiliki kemampuan soft skill yang baik  untuk bekerja dalam sebuah tim. Terbiasa berkoordinasi antar orang per orang, terbiasa melontarkan ide dan menerima ide orang lain.
Harapannya, ketika mereka menguasai hal ini maka ketika berkarier, maka mereka akan menjadi karyawan-karyawan yang rising star dan jika mereka berbisnis maka mereka bisa menjadi leader dalam bisnis yang mereka geluti. Amien..
Harapanku mungkin terlalu banyak kepada bocah-bocah berisik yang ada didepan saya ini.. tiba-tiba saya terfikir. Apa yang menjadi harapan mereka terhadap kampus ini?
“Saya berharap semoga ilmu yang saya terima  baik secara formal akademis maupun non akademis bermanfaat manakala saya sudah bekerja nanti Bu..” ujar Medy, dia mantan ketua UKM Fotografi.
“Saya sangat berharap kampus ini akan terus berkembang dan menjadi satu-satunya kampus swasta yang menjadi tujuan anak-anak SMA/K di provinsi ini . Selain itu pengembangan kualitas kurikulum dan tenaga pengajar juga sangat kami harapkan mengingat kampus ini saat ini sudah jauh lebih besar dan maju (narsis :D) , dibandingkan empat tahun lalu kami masuk kesini. Semakin besar, maka semakin tinggi lah pengharapan masyarakat terhadap kampus ini. Oleh karena itu tak ada pilihan lain selain terus meningkatkan kualitas kurikulum dan tenaga pengajar,” demikian diuraikan oleh Hendarto. Seorang politikus kampus yang pernah menjadi presiden BEM.
Selain Medy dan Hendarto, masih ada 10 orang mahasiswa lain yang saya mintai komentar mengenai harapan mereka. Dan ke-10 nya mendapatkan bingkisan goody bag isi agenda, pena, mug, jam dinding yang mereka terima dengan lapang hati dan senyum lebar alias big grin.. (hallahhh.. keluar topik banget sih..!!!) hihihiii…
Baiklah kembali ke topik utama  tulisan ini. Sesuai dengan temanya, yakni Harapan, maka bisa dipetik satu simpulan. Mahasiswa saya yang siap jadi alumni memiliki harapan terhadap kampus tempat saya mengajar. Saya pun juga memiliki harapan tinggi bahwa mereka bisa menjadi alumni yang membanggakan sehingga bisa menjadi perpanjangan marketing word to mouth yang baik ke semua orang . Alumni adalah bukti nyata apakah sebuah perguruan tinggi mampu mewujudkan harapan masyarakat akan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang berkualitas.  Semakin banyak alumni yang berhasil (baik bekerja di perusahaan maupun membuka lapangan usaha sendiri), maka semakin harum lah nama perguruan tinggi tersebut.
Jika benang merah ini ditarik menjadi hubungan yang terbangun diantara dua orang (perempuan :D )tentu saja satu pihak memiliki harapan yang digantungkan kepada pihak lainnya. Contoh… ketika saya mencari perempuan yang tepat, saya tentu berharap banyak kepadanya. Pun begitu pula sebaliknya. Tidak usah dijabarkan terlalu jauh harapan yang diinginkan oleh kedua orang perempuan terhadap pasangannya masing-masing karena semua perempuan pasti berharap hal yang sama (cinta, kasih, sayang, perhatian, dll… tambahkan sendiri ya.. :D ). Maka jika satu pihak tak lagi bisa memberikan atau bahkan menjanjikan harapan  yang diinginkan oleh pasangannya, maka tak usah berlama-lama. Akhiri saja hubungan itu.
Mari saya beri tahu satu hal.. Saya sangat patuh terhadap sebuah ungkapan “Jika kau menggantungkan harapan dan kebahagiaanmu pada orang lain.. Maka bersiaplah untuk kecewa,” .  Karena itu, bangunlah harapan dan kebahagiaanmu sendiri. Jika ditengah-tengah proses itu kau bertemu dengan perempuan yang tepat  dan sesuai dengan yang kamu inginkan,  Maka anggaplah itu bonus yang diberikan Sang Pemilik Kehidupan ini untuk memberi warna dalam hidup yang kau jalani. (adeliawinter)