Pagi ini saya dijadwalkan mengisi
sebuah acara di kampus. Bukan mengajar, tapi memberikan pencerahan kepada 486
an mahasiswa yang siap diwisuda di pertengahan Bulan Mei ini. Kepada para
mahasiswa yang siap menjadi alumni ini saya sangat berharap banyak. Salah satu
harapan terbesar saya adalah mereka segera menemukan tempat kerja yang pas
dengan kompetensi yang mereka miliki dan bisa menjadi pribadi yang mandiri
sehingga tidak lagi menyusahkan orang tua.
Acara pemaparan materi pencerahan berikut sesi tanya jawab berlangsung
selama 90 menit. Dari mulai pembekalan cara berkomunikasi efektif hingga
strategi memenangkan kesempatan kerja dan tak lupa diselipkan kata-kata
memotivasi sehingga mereka tumbuh keyakinan terhadap diri sendiri. Acara berlangsung
santai dan penuh dengan nuansa keakraban. Sebagai dosen yang berasal dari
praktisi public relation and marketing, saya selalu bisa membawakan materi
dengan menyesuaikan audiens yang ada di hadapan saya. Ini penting untuk masuk ke alur
fikiran mereka dan mempengaruhi mereka.
Celetukan menggoda dan jahil
seringkali saya lontarkan manakala saya menyampaikan materi kepada
mahasiswa-mahasiswi ini. Hati senang dan gembira mereka seolah menjadi pintu
yang terbuka seluas-luasnya dan memberikan kesempatan kepada saya untuk masuk
kedalam alam fikir mereka dan berempati kepada mereka.
Bicara mengenai empati, kita semua
pernah berada dalam usia mereka. Lulus dari perguruan tinggi di kisaran usia
antara 21-24 tahun (yang lebih tua dari pada angka itu berarti termasuk
Mapala-Mahasiswa Paling Lama.. wkwkwkkk), bingung menentukan pekerjaan dan
perusahaan apa yang akan mereka masuki, bingung menentukan arah karier yang
diinginkan (yang penting kerja aja dulu enggak jadi pengangguran bla bla bla…),
hingga bingung karena enggak ada lagi alasan ke orang tua untuk minta uang
jajan, dan ketakutan-ketakutan lain. Dengan nada bercanda dan menghibur saya
ulas ketakutan mereka satu persatu sambil membayangkan diri saya berada
diantara mereka puluhan tahun yang lampau. Saya memahami mereka sepenuhnya. Rasa
sayang saya sebagai pendidik benar-benar terasa manakala siap melepas mereka
pergi. *ngelapairmatadaningus
Saya menikmati suasana ini…
Sebagian besar mahasiswa yang ada
di depanku ini adalah anak-anak yang kreatif dan aktif sebagai pengurus Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM). Mereka sudah sangat sering menyelenggarakan sebuah acara di
kampus dan di luar kampus, hal mana ini merupakan sebuah kebanggaan bagiku
karena mereka pasti memiliki kemampuan soft skill yang baik untuk bekerja dalam sebuah tim. Terbiasa berkoordinasi
antar orang per orang, terbiasa melontarkan ide dan menerima ide orang lain.
Harapannya, ketika mereka
menguasai hal ini maka ketika berkarier, maka mereka akan menjadi karyawan-karyawan
yang rising star dan jika mereka
berbisnis maka mereka bisa menjadi leader dalam bisnis yang mereka geluti. Amien..
Harapanku mungkin terlalu banyak
kepada bocah-bocah berisik yang ada didepan saya ini.. tiba-tiba saya terfikir.
Apa yang menjadi harapan mereka terhadap kampus ini?
“Saya berharap semoga ilmu yang
saya terima baik secara formal akademis
maupun non akademis bermanfaat manakala saya sudah bekerja nanti Bu..” ujar
Medy, dia mantan ketua UKM Fotografi.
“Saya sangat berharap kampus ini
akan terus berkembang dan menjadi satu-satunya kampus swasta yang menjadi
tujuan anak-anak SMA/K di provinsi ini . Selain itu pengembangan kualitas
kurikulum dan tenaga pengajar juga sangat kami harapkan mengingat kampus ini
saat ini sudah jauh lebih besar dan maju (narsis :D) , dibandingkan empat tahun
lalu kami masuk kesini. Semakin besar, maka semakin tinggi lah pengharapan
masyarakat terhadap kampus ini. Oleh karena itu tak ada pilihan lain selain
terus meningkatkan kualitas kurikulum dan tenaga pengajar,” demikian diuraikan
oleh Hendarto. Seorang politikus kampus yang pernah menjadi presiden BEM.
Selain Medy dan Hendarto, masih
ada 10 orang mahasiswa lain yang saya mintai komentar mengenai harapan mereka. Dan
ke-10 nya mendapatkan bingkisan goody bag isi agenda, pena, mug, jam dinding yang
mereka terima dengan lapang hati dan senyum lebar alias big grin.. (hallahhh..
keluar topik banget sih..!!!) hihihiii…
Baiklah kembali ke topik utama tulisan ini. Sesuai dengan temanya, yakni
Harapan, maka bisa dipetik satu simpulan. Mahasiswa saya yang siap jadi alumni
memiliki harapan terhadap kampus tempat saya mengajar. Saya pun juga memiliki
harapan tinggi bahwa mereka bisa menjadi alumni yang membanggakan sehingga bisa
menjadi perpanjangan marketing word to
mouth yang baik ke semua orang . Alumni adalah bukti nyata apakah sebuah
perguruan tinggi mampu mewujudkan harapan masyarakat akan penyelenggaraan
pendidikan tinggi yang berkualitas. Semakin
banyak alumni yang berhasil (baik bekerja di perusahaan maupun membuka lapangan
usaha sendiri), maka semakin harum lah nama perguruan tinggi tersebut.
Jika benang merah ini ditarik
menjadi hubungan yang terbangun diantara dua orang (perempuan :D )tentu saja satu
pihak memiliki harapan yang digantungkan kepada pihak lainnya. Contoh… ketika saya
mencari perempuan yang tepat, saya tentu berharap banyak kepadanya. Pun begitu
pula sebaliknya. Tidak usah dijabarkan terlalu jauh harapan yang diinginkan
oleh kedua orang perempuan terhadap pasangannya masing-masing karena semua
perempuan pasti berharap hal yang sama (cinta, kasih, sayang, perhatian, dll…
tambahkan sendiri ya.. :D ). Maka jika satu pihak tak lagi bisa memberikan atau
bahkan menjanjikan harapan yang
diinginkan oleh pasangannya, maka tak usah berlama-lama. Akhiri saja hubungan itu.
Mari saya beri tahu satu hal.. Saya
sangat patuh terhadap sebuah ungkapan “Jika kau menggantungkan harapan dan
kebahagiaanmu pada orang lain.. Maka bersiaplah untuk kecewa,” . Karena itu, bangunlah harapan dan
kebahagiaanmu sendiri. Jika ditengah-tengah proses itu kau bertemu dengan
perempuan yang tepat dan sesuai dengan yang kamu inginkan, Maka anggaplah itu bonus yang diberikan Sang Pemilik
Kehidupan ini untuk memberi warna dalam hidup yang kau jalani. (adeliawinter)