Rabu, 08 Mei 2013

Harapan


Pagi ini saya dijadwalkan mengisi sebuah acara di kampus. Bukan mengajar, tapi memberikan pencerahan kepada 486 an mahasiswa yang siap diwisuda di pertengahan Bulan Mei ini. Kepada para mahasiswa yang siap menjadi alumni ini saya sangat berharap banyak. Salah satu harapan terbesar saya adalah mereka segera menemukan tempat kerja yang pas dengan kompetensi yang mereka miliki dan bisa menjadi pribadi yang mandiri sehingga tidak lagi menyusahkan orang tua.
Acara pemaparan materi pencerahan   berikut sesi tanya jawab  berlangsung selama 90 menit. Dari mulai pembekalan cara berkomunikasi efektif hingga strategi memenangkan kesempatan kerja dan tak lupa diselipkan kata-kata memotivasi sehingga mereka tumbuh keyakinan terhadap diri sendiri. Acara berlangsung santai dan penuh dengan nuansa keakraban. Sebagai dosen yang berasal dari praktisi public relation and marketing, saya selalu bisa membawakan materi dengan menyesuaikan audiens yang ada di hadapan saya. Ini penting untuk masuk ke alur fikiran mereka dan mempengaruhi mereka.
Celetukan menggoda dan jahil seringkali saya lontarkan manakala saya menyampaikan materi kepada mahasiswa-mahasiswi ini. Hati senang dan gembira mereka seolah menjadi pintu yang terbuka seluas-luasnya dan memberikan kesempatan kepada saya untuk masuk kedalam alam fikir mereka dan berempati kepada mereka.
Bicara mengenai empati, kita semua pernah berada dalam usia mereka. Lulus dari perguruan tinggi di kisaran usia antara 21-24 tahun (yang lebih tua dari pada angka itu berarti termasuk Mapala-Mahasiswa Paling Lama.. wkwkwkkk), bingung menentukan pekerjaan dan perusahaan apa yang akan mereka masuki, bingung menentukan arah karier yang diinginkan (yang penting kerja aja dulu enggak jadi pengangguran bla bla bla…), hingga bingung karena enggak ada lagi alasan ke orang tua untuk minta uang jajan, dan ketakutan-ketakutan lain. Dengan nada bercanda dan menghibur saya ulas ketakutan mereka satu persatu sambil membayangkan diri saya berada diantara mereka puluhan tahun yang lampau. Saya memahami mereka sepenuhnya. Rasa sayang saya sebagai pendidik benar-benar terasa manakala siap melepas mereka pergi. *ngelapairmatadaningus
Saya menikmati suasana ini…
Sebagian besar mahasiswa yang ada di depanku ini adalah anak-anak yang kreatif dan aktif sebagai pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Mereka sudah sangat sering menyelenggarakan sebuah acara di kampus dan di luar kampus, hal mana ini merupakan sebuah kebanggaan bagiku karena mereka pasti memiliki kemampuan soft skill yang baik  untuk bekerja dalam sebuah tim. Terbiasa berkoordinasi antar orang per orang, terbiasa melontarkan ide dan menerima ide orang lain.
Harapannya, ketika mereka menguasai hal ini maka ketika berkarier, maka mereka akan menjadi karyawan-karyawan yang rising star dan jika mereka berbisnis maka mereka bisa menjadi leader dalam bisnis yang mereka geluti. Amien..
Harapanku mungkin terlalu banyak kepada bocah-bocah berisik yang ada didepan saya ini.. tiba-tiba saya terfikir. Apa yang menjadi harapan mereka terhadap kampus ini?
“Saya berharap semoga ilmu yang saya terima  baik secara formal akademis maupun non akademis bermanfaat manakala saya sudah bekerja nanti Bu..” ujar Medy, dia mantan ketua UKM Fotografi.
“Saya sangat berharap kampus ini akan terus berkembang dan menjadi satu-satunya kampus swasta yang menjadi tujuan anak-anak SMA/K di provinsi ini . Selain itu pengembangan kualitas kurikulum dan tenaga pengajar juga sangat kami harapkan mengingat kampus ini saat ini sudah jauh lebih besar dan maju (narsis :D) , dibandingkan empat tahun lalu kami masuk kesini. Semakin besar, maka semakin tinggi lah pengharapan masyarakat terhadap kampus ini. Oleh karena itu tak ada pilihan lain selain terus meningkatkan kualitas kurikulum dan tenaga pengajar,” demikian diuraikan oleh Hendarto. Seorang politikus kampus yang pernah menjadi presiden BEM.
Selain Medy dan Hendarto, masih ada 10 orang mahasiswa lain yang saya mintai komentar mengenai harapan mereka. Dan ke-10 nya mendapatkan bingkisan goody bag isi agenda, pena, mug, jam dinding yang mereka terima dengan lapang hati dan senyum lebar alias big grin.. (hallahhh.. keluar topik banget sih..!!!) hihihiii…
Baiklah kembali ke topik utama  tulisan ini. Sesuai dengan temanya, yakni Harapan, maka bisa dipetik satu simpulan. Mahasiswa saya yang siap jadi alumni memiliki harapan terhadap kampus tempat saya mengajar. Saya pun juga memiliki harapan tinggi bahwa mereka bisa menjadi alumni yang membanggakan sehingga bisa menjadi perpanjangan marketing word to mouth yang baik ke semua orang . Alumni adalah bukti nyata apakah sebuah perguruan tinggi mampu mewujudkan harapan masyarakat akan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang berkualitas.  Semakin banyak alumni yang berhasil (baik bekerja di perusahaan maupun membuka lapangan usaha sendiri), maka semakin harum lah nama perguruan tinggi tersebut.
Jika benang merah ini ditarik menjadi hubungan yang terbangun diantara dua orang (perempuan :D )tentu saja satu pihak memiliki harapan yang digantungkan kepada pihak lainnya. Contoh… ketika saya mencari perempuan yang tepat, saya tentu berharap banyak kepadanya. Pun begitu pula sebaliknya. Tidak usah dijabarkan terlalu jauh harapan yang diinginkan oleh kedua orang perempuan terhadap pasangannya masing-masing karena semua perempuan pasti berharap hal yang sama (cinta, kasih, sayang, perhatian, dll… tambahkan sendiri ya.. :D ). Maka jika satu pihak tak lagi bisa memberikan atau bahkan menjanjikan harapan  yang diinginkan oleh pasangannya, maka tak usah berlama-lama. Akhiri saja hubungan itu.
Mari saya beri tahu satu hal.. Saya sangat patuh terhadap sebuah ungkapan “Jika kau menggantungkan harapan dan kebahagiaanmu pada orang lain.. Maka bersiaplah untuk kecewa,” .  Karena itu, bangunlah harapan dan kebahagiaanmu sendiri. Jika ditengah-tengah proses itu kau bertemu dengan perempuan yang tepat  dan sesuai dengan yang kamu inginkan,  Maka anggaplah itu bonus yang diberikan Sang Pemilik Kehidupan ini untuk memberi warna dalam hidup yang kau jalani. (adeliawinter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar