Senin, 06 Mei 2013

Mickey Mouse VS Donald Duck

                Ini catatan random. Saya tulis tergesa-gesa di suatu pagi sepi di ruangan kantor. Tiba-tiba saya teringat dengan Nita. Sahabat hetero yang saat ini bertugas di luar provinsi tempat saya berdomisili. Beberapa bulan lalu kita berdua duduk di pojokan dapur rumahku. Sambil menyesap kopi kental tidak begitu manis dan beberapa batang rokok, kami membicarakan banyak hal. Tentang hidup yang kadang kala tak bersahabat pada kita. Betapa tidak berkuasanya kita dengan hidup dan takdir yang kita miliki. Tidak semua keinginan kita diwujudkan oleh Tuhan, meskipun sebagai penghiburan hati, atau memang sudah selayaknya kita berfikir seperti itu, bahwa Tuhan akan selalu menjawab doa-doa kita dengan cara yang menurut_Nya sangat tepat. Keterbatasan kita sebagai manusia lah yang menyebabkan kita berfikir bahwa takdir Tuhan kadang menjadi sangat tidak adil untuk kita yang penuh dengan keterbatasan ini.
                Pembicaraan terus bergulir. Diselingi dengan seruputan kopi. Hisapan rokok, dan tentu saja tawa miris yang kita kamuflasekan dengan tertawa terbahak-bahak.
“Loe suka Mickey Mouse apa Donald Duck?” ujar Nita tiba-tiba.
“Donald,” jawab saya cepat tanpa berfikir lagi. Saya memang sangat menyukai Donald. Suaranya yang khas bebek dan tingkah lucunya membuat saya terbahak-bahak ketika menyaksikan dia sedang beraksi.
“Gw juga suka ama Donald. Dan benci banget sama Mickey,” kata Nita lagi.
“Iyaa.. Gw sebel juga tuh sama Mickey Mouse. Sok tua, sok bijak. Dan agak belagu untuk ukuran tikus. Satu-satunya tikus yang gw suka adalah tikus tukang masak di film Rattatouile (maaf kalo ejaannya salah!). dia tikus yang apa adanya dan rendah hati. Hahahhaaaa…,” kata saya sambil membayangkan si tikus memasak.
“Kira-kira apa yang menyebabkan kita enggak suka Mickey?”
“Entahlah.. Mungkin karena Mickey itu tikus yang identik dengan sesuatu yang kotor, suka menyelinap di dalam rumah, keluar masuk got. Intinya dia jorok dan nyebelin  tapi dicitrakan dalam bentuk yang bijak dan menyenangkan. Tetap saja tidak bisa membuat kita jatuh cinta,” kata saya.
“Menurut gw bukan begitu. Mickey tuh sosok seekor tikus yang selalu beruntung dan cerminan sosok yang benar-benar ideal. Dia memiliki kehidupan yang baik. Pacar (Minnie Mouse) yang cantik dan setia, kehidupan sosial yang baik, diterima di semua kalangan (teman dekat bagi goofy dan tokoh-tokoh Walt Disney lainnya), dan selalu saja memiliki takdir baik, semua urusannya lancar dan dimudahkan. Bandingkan dengan si Donald Duck. Udah lah hidup dengan tiga keponakan yang bandel-bandel, punya paman yang kaya raya tapi pelitnya audzubillah.. . Terus sepanjang hidupnya selalu saja ada kesialan-kesialan yang tidak mampu dia hindari. Punya simpanan biji kenari, pake dicuri lah sama dua tupai. Trusss.. apesnya, punya pacar si Desy Bebek yang kadang-kadang flirting dengan si Untung, rivalnya Donald. Hidup terasa sangat berat bagi Donald,” demikian penjelasan Nita  panjang lebar.
Aku mulai memasuki alur fikiran Nita. Merenung sebentar sambil senyum-senyum, karena betapa kita seriusnya berbicara mengenai tikus dan bebek (jangan sampai mahasiswaku membaca mengenai bahasan tikus dan bebek ini :D ) . Namun.. lama-lama difikir Nita sepenuhnya benar.
Kita menyukai seseorang kadang-kadang lebih karena empati atau karena kehidupan seseorang itu begitu identik dengan kita. Siapa sih manusia yang dalam hidupnya selalu aja beruntung..? hampir tidak ada. Donald mewakili manusia yang penuh dengan keterbatasan, ketidakberuntungan, dan nasib baik yang berjalan berimbang. Hari ini senang, besok sedih, lusa tertawa, hari setelah lusa kita bisa saja menangis karena sesuatu dan lain hal yang terjadi dalam hidup kita.  
Donald adalah bebek yang “manusiawi” sekali.
Bandingkan dengan Mickey yang benar-benar tidak “manusiawi”. Mickey adalah gambaran keberuntungan hidup bertubi-tubi yang nyaris tidak bisa disamakan oleh nasib manusia yang up and down.  Mickey adalah tempat dimana manusia akan berkata bahwa hidup baik-baik saja dan berjalan sesuai dengan rel yang diinginkan. Tapi kenyataannya tidak begitu. Manusia kadang menyerah dan takluk pada qada dan qadar yang telah digariskan Allah dengan cara-Nya untuk maksud tertentu. Lalu serta merta aku dan Nita menjadi sebal setengah mati sama si Mickey ini. Karena hidup kami berdua tidak lah seindah hidup Mickey yang baik-baik saja.
Kami berjuang. Kami memenangkan pertarungan hari ini dan menutup hari dengan tertawa. Kami menangis di hari lain meratapi sesuatu yang menyedihkan hati. Teruuussss begitu… siklus berulang yang saya dan Nita hadapi.
Tapi apapun. Hidup terus berjalan. Tidak menyerah kepada apa yang sudah digariskan Tuhan dalam takdir yang ditasbihkan menjadi milik kita diatas dunia. Seperti juga Donald yang tetap saja berani hidup dan mengejar-ngejar dua tupai yang suka mencuri, berani marah-marah dengan 3 keponakannya, dan berani cheating dibelakang  Paman Gober, dan kadang-kadang jungkir balik memenangkan hati Desy bebek yang labil karena selalu diganggu oleh perhatian (uangnya) Untung. (AW)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar