Jumat, 24 Mei 2013

Matre? Ogah Ahhh!!!!!

Jujur. Aku bukan perempuan matre dan enggak mau dimatrein. Kenapa aku enggak mau jadi perempuan matre? karena aku tahu cari uang itu susaaahhh sekali, dan aku terbiasa membelanjakan uangku ke keperluan yang  tepat dan sesuai budget yang aku miliki. Sedari kecil, seingatku, di usia 13 tahun aku sudah mulai bekerja membantu kedua orangtuaku di perusahaan kontraktor milik mereka. Dari mulai memfotokopi , menjilid penawaran proyek, hingga menjilid berlembar-lembar Rancangan Anggaran Biaya (RAB), untuk mempropose proyek pemerintah. Cuma jadi kroco aja sih... , karena tugas aku hanya memastikan lembar-lembar yang harus dijilid itu sesuai dengan urutan masing-masing. dari mulai HO, TDP, NPWP, RAB, dll.
Setiap kali musim tender proyek, aku mengantungi uang sebanyak Rp75 ribu. Di tahun itu, uang sebesar itu nilainya mungkin sama dengan Rp750.000,-  sekarang. Uang itu kebanyakan aku belikan buku pelajaran, novel lima sekawan, atau Trio Detective. Harganya kalau tidak salah Rp1.250 perak.
Seiring perjalanan waktu, aku tumbuh menjadi anak yang mandiri. SMA, hingga kuliah aku makin terbiasa bekerja. Dari mulai bisnis ala anak kuliah, hingga menjadi photografer bagi cewek-cewek centil di kampus yang doyan foto. Zaman itu, belum ada kamera digital.. apalagi HP kamera. jadi semua dikerjakan dengan kamera SLR manual yang mengandalkan cahaya matahari. Hehehee..
Aku pernah memiliki seorang partner, dia juga memiliki semangat mencari uang yang sama dengan aku. Kita berdua punya kafe kecil untuk membiaya pengeluaran kita. Meskipun pada akhirnya kafe itu tutup seiring dengan tutupnya cerita tentang aku dan dia.
 Nah.. kemarin.. Seorang teman baru sebut saja namanya Bunga (32thn), curhat mengenai eks partnernya. Dia mengaku dimatrein sama partnernya itu hingga merugi puluhan juta rupiah. Ckckckckkk...
Sampai akhirnya partnernya itu menikah dengan menggunakan aset yang dananya berasal dirinya.. Hmm...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar