Sabtu, 27 April 2013

Kepada Perempuan Yang Aku Puja

"Apa yang bisa kau tawarkan untuk hubungan dengan sesama perempuan? Tidak ada masa depan. Pada akhirnya kita akan sama-sama berkata, sudahlah abaikan saja.. Apalah lagi dengan jarak yang terbentang diantara kita?" ujar partner pada suatu waktu.

Saat itu hari senja menjelang malam. Setelah semua kesibukan di kantor berakhir. Mengemudikan mobil berjibaku menembus kemacetan hingga akhirnya tiba di rumah. Tak sabar menyambar telepon sambil tak lupa melirik jam yang menghias dinding kamarku. Profesi partner sebagai tenaga kesehatan membuatku terlatih untuk mengecek jam manakala ingin menghubunginya.

Dan.. Setelah deringan ketiga dia mengangkat telepon. Suaranya pelan dan tak bersemangat. Ia Mengeluh capek dan ngantuk. Lalu melontarkan pernyataan seperti yang tertulis di paragrap pertama setelah percakapan garing diantara kami berlangsung hanya beberapa menit.

Aku masih mencoba untuk memintanya menemaniku malam itu. Aku merindu suaranya. Benar-benar merindu dalam arti sebenarnya karena sepanjang hari ini dia sangat sibuk dan aku sangat sibuk sehingga kami berdua tak sempat berbincang kecuali lewat media sms dan bbm.

Namun pada akhirnya percakapan harus berakhir. Kami berpisah setelah sebelumnya saling mengucapkan selamat tidur.

Apakah setelah itu aku tertidur? Tidak... Aku terus memikirkan apa yang menjadi pernyataannya. Dan sedihnya.. Dengan perasaan sakit yang tertoreh di hati.. Dengan air mata yang meleleh di pipi, aku mengamini pernyataannya. Memang.... Tak pernah Ada masa depan untuk hubungan kami. Apalah lagi dengan predikat Lesbian Mommy yang terukir di kening..

Mungkin aku harus mempersiaplan diri untuk melepaskannya. Berat kah? SANGAT....

Tapi haruss..
Ini seperti membiarkan diriku sendiri menorehkan luka di lengan ku dengan sembilu yang aku pegang dengan jemari ku sendiri.

Ini seperti Harakiri..
Karena mencoba membunuh diri sendiri karena menghentikan cinta yang telah menjadi candu untuk ku. Candu pagi, siang, sore.. Dengan mendengar suara dan membaca sms atau bbm nya..

Tapi sudahlah..
Toh isyarat sudah disampaikan..
Dia ingin menjadi manusia bebas seperti yang terbaca jelas di akun twiternya. Dia pula menyampaikan dengan jelas bahwa tak ada masa depan untuk hubungan kami baik secara verbal maupun tulisan.
Aku cukup cerdas untuk mengenali isyarat yang ditiupkan angin, awan, hujan, dan pelangi. Maka akupun cukup cerdas untuk mengenali isyarat yang dia kirimkan..

Dan aku cukup punya kekuatan untuk berdiri diatas kaki ku sendiri dan menghapus air mataku sendiri.
Dengan jemariku..

Kepada perempuan yang pernah sangat aku puja dan hingga kini tetap aku puja..
Kepada perempuan cerdas yang mampu menahanku bicara panjang lebar di telepon..
Kepada perempuan matang dimana aku bisa melabuhkan penatku..
Kepada perempuan cantik yang hanya singgah sebentar dalam hidupku..
Kau adalah hadiah dari Tuhan.
Yang dihadirkan untuk membuatku belajar..

Belajar untuk tahu diri..
Belajar untuk menahan diri..
Belajar mengenali diriku sendiri..

Terimakasih.
Kenangan kecup sayang di kening dan bibir pada terakhir perjumpaan kita..
Akan menjadi penuntas rindu yang bisa sewaktu-waktu aku ingat untuk mengenangmu..

Aku pamit mundur..

"jika perempuan saja bisa membuatku merana seperti ini.. Maka apa bedanya jika aku mempertaruhkan hidupku untuk hidup bersama laki-laki yang aku sebut sebagai ayah dari anak-anakku..?" (adeliawinter)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar